Semua orang yang beriman kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan hari
kemudian tentu menginginkan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat, terlebih
lagi ketika dia mendapati kenyataan akan rusaknya kondisi umat manusia di masa
sekarang ini, ditambah lagi dengan tersedianya berbagai macam fasilitas dan
sarana yang mendukung kerusakan-kerusakan tersebut. Hal ini sebagaimana yng
digambarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang dasyatnya fitnah-fitnah dan kerusakan
yang akan muncul secara silih berganti di akhir zaman dalam sabda beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Bersegeralah kamu dengan mengerjakan
amalan-amalan (shalih) sebelum munculnya berbagai macam fitnah (kerusakan/
penyimpangan dalam agama) yang (gambarannya) seperti satu bagian malam yang
gelap gulita, (sehingga) ada seorang yang di waktu pagi dia masih memiliki iman
tapi di waktu sore dia telah menjadi orang yang kafir, dan (ada juga) yang di
waktu sore dia masih memiliki iman tapi besok paginya dia telah menjadi orang
yang kafir, dia menjual agamanya dengan perhiasan dunia.” (HR. Muslim, no. 118).
Maka berdasarkan kenyataan tersebut, seorang
muslim yang hidup di zaman ini wajib mempelajari dan mengetahui sebab-sebab yang
bisa membantunya –dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta’ala- untuk tetap teguh dan
istiqamah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai dia dipanggil
menghadap-Nya.
Dalam al-Qur’an dan dan hadist-hadist yang
shahih Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu wa
Ta’ala telah menjelaskan sebab-sebab tersebut, dan kami
akan sebutkan dalam makalah ini beberapa sebab penting di antara sebab-sebab
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memahami dan mengamalkan dua kalimat
syahadat dengan baik dan
benar
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة ويضل الله الظالمين ويفعل الله مايشاء
“Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat,dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim:
27).
Makna ‘ucapan yang
teguh’ dalam ayat ini adalah dua kalimat syahadat yang dipahami dan diamalkan
dengan benar, sebagaimana yang ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (jilid 4, hal.
1735),
باب يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت حدثنا أبو الوليد حدثنا شعبة قال أخبرني علقمة بن مرثد قال سمعت سعد بن عبيدة عن البراء بن عازب أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: المسلم إذا سئل في القبر يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله فذلك قوله يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة
Dari Bara’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim
ketika dia ditanya (diuji) di dalam kuburnya (oleh malaikat Munkar dan Nakir),
maka dia akan bersaksi bahwa ‘tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah’ dan
‘Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah’, itulah makna
Firman-Nya, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.’”
2. Membaca al-Qur’an dengan menghayati dan
merenungkannya
Al-Qur’an adalah sumber peneguh iman yang
paling utama bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah,
قل نزله روح القدس من ربك بالحق ليثبت الذين آمنوا وهدًى وبشرى للمسلمين
“Katakanlah, ‘Ruhul
Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur’an itu dari Rabb-mu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk, serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepda Allah).’” (Qs. an-Nahl: 102).
Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah menjelaskan dalam al-Qur’an, bahwa tujuan
diturunkannya al-Qur’an secara berangsur angsur adalah untuk menguatkan dan
meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وقال الذين كفروا لولا نزل عليه القرآن جملة واحدة كذلك لنثبت به فؤادك ورتلناه ترتيلا
“Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa
al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’ Demikianlah, supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan
benar).” (Qs. al-Furqan: 32).
3. Berkumpul dan bergaul bersama orang-orang
yang bisa membantu meneguhkan iman.
Allah menyatakan dalam al-Qur’an, bahwa salah
satu di antara sebab utama yang membantu menguatkan iman para shahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keberadaan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وكيف تكفرون وأنتم تتلى عليكم آيات الله وفيكم رسوله ومن يعتصم بالله فقد هدي إلى صراط مستقيم
“Bagaimana mungkin
(tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada
kalian, dan Rasul-Nya-pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang
berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Qs. Ali ‘Imran:
101).
Dalam ayat lain Allah berfirman,
ياأيهاالذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar(jujur).” (Qs. at-Taubah: 119).
Dalam sebuah hadits yang hasan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إن من الناس ناسا مفاتيح للخير ومغاليق للشر
“Sesungguhnya, di
antara manusia ada orang-orang yang keberadaan mereka sebagai pembuka (pintu)
kebaikan dan penutup (pintu) kejelekan.” (Hadits hasan
riwayat Ibnu Majah dalam kitab Sunan (jilid 1, hal. 86) dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (jilid 1, hal. 455) dan
imam-imam lainnya, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani).
4. Berdoa kepada Allah
Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang
yang beriman yang selalu berdoa kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika
menghadapi ujian. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وكأين من نبي قاتل معه ربيون كثير فما وهنوا لماأصابهم في سبيل الله وما ضعفوا وما استكانوا والله يحب الصابرين, وما كان قولهم إلا أن قالوا ربنا اغفر لنا ذنوبنا وإسرافنا في أمرنا وثبت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين، فآتاهم الله ثواب الدنيا وحسن ثواب الآخرة والله يحب المحسنين
“Dan berapa banyaknya
nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang
bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai
orang-orang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan
kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir.’ Karena itu, Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala
yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan.” (Qs. Ali ‘Imran: 146-148).
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ربنا أفرغ علينا صبرًا وثبت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين
“Ya Rabb kami,
limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (Qs.
al-Baqarah: 250).
5. Membaca kisah-kisah para Nabi dan Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam
serta orang-orang shalih yang terdahulu untuk mengambil suri teladan.
Dalam al-Qur’an banyak diceritakan kisah-kisah
para Nabi, rasul, dan orang-orang yang beriman yang terdahulu, yang Allah
jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan dari
kisah-kisah tersebut ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah
Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
وكلا نقص عليك من أنباء الرسل ما نثبت به فؤادك وجاءك في هذه الحق وموعظة وذكرى للمؤمنين
“Dan semua kisah dari
rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran, serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Hud: 120).
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلىِ آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة, والحمد لله رب العالمين
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, M.A
0 comments :
Posting Komentar