Rabu, 03 Juli 2013

"Balsem Untuk Memar di Hati"

Posted by Unknown | 7/03/2013 01:30:00 PM Categories: ,
 
 
Serial HIDUPMU INSPIRASIMU : [16] "Balsem Untuk Memar di Hati"

Seorang pedagang termangu di lapaknya. Pasar pagi itu begitu sepi. Kadang ia menoleh sekeliling. Pengunjung lapaknya tetap absen. Seolah keberadaannya adalah ketiadaannya. Kadang ia membuat puisi iri di hati melihat satu lapak lain dikerubuti pengunjung, padahal hanya 3; dan belum tentu semuanya membeli. Kenapa pasar itu terasa sepi?... Karena rupanya gerimis mengundang sepi. Meninabobokkan emak-emak di rumah. Seolah-olah suami-suami mereka sebelum berangkat berpesan, 'Stay there and don't get out of the house or I'm gonna kick your ash!'

Dan rupanya bukan hanya ia yang termangu. Ada beberapa pedagang yang sedang menghitung detik demi detik tanpa untung. Mereka semua termangu dan saling berbalas pantun iri pada angin yang dikirim oleh gerimis.

Menjelang siang, pedagang itu hendak pulang ke rumah. Ia hendak menangis, namun pada siapa hendak berlaku? Ia ingin tumpahkan kecewa, namun tiada manusia hendak menyapa. Ia pulang dengan tangisan tak terdengar, dan kekecewaan tak tergambar. Malu menangis di tengah manusia dan gengsi kecewa. Ia tutup lapaknya. Ia masukkan barang-barang jualannya ke karung dalam-dalam. Ia tidak ingin siapapun melihat bahwa rupanya barang jualannya masih banyak tersisa tak laku. Lalu ia berjalan susuri lorong-lorong pasar dengan hati perih.

'Aku tahu ini ujianmu, ya Allah,' keimanannya berusaha membelai hati.

Ia tak ingin menoleh pada siapapun. Tak ingin disapa siapapun. Tak ingin diketahui tidak lakunya dagangannya; meskipun ia benar-benar tahu banyak pedagang lainnya merasakan kepahitan serupa.

Sesampai di rumah, ia menaruh dagangannya. Menjelang dzuhur. Wajah sudah tak sabar dicumbu oleh percikan-percikan. Jidat pun berharap segera menyentuh tanah. Kedua tangan juga tak sabaran untuk terangkat. Lidah, mulut dan tenggorokan ingin bekerja sama untuk mengucapkan 'Allahu akbar!'.

****

Di antara manusia, ada manusia. Di tengah-tengah manusia, ada manusia.

Tiap-tiap manusia, miliki garisan dan goresan yang ceritakan tentang senyum-senyum bahagia atau haru. Kadang kisahkan tentang air mata yang bercabang menjadi sungai-sungai di pipi keriput.

Betapa banyak manusia yang dirizkikan besar oleh Allah, tidak mengerti saudara-saudaranya yang kekurangan. Dan manusia adalah kita.

Seperti seorang berilmu tinggi yang tidak hendak mengerti perasaan dan pengorbanan orang-orang berilmu rendah. Karena jika sudah berilmu tinggi, untuk apa repot-repot berusaha memahami perasaan orang-orang jahil!? Dan jika ilmu sudah meninggi, maka tugasnya hanyalah ceramah dan berfatwa. Jika gelar besar sudah terpangku di belakang nama, apa peduli kita pada murid-murid baru yang belum mampu melantunkan huruf Qaf atau Syin dengan benar!?

Dan apa peduliku jika ternyata aku adalah pangeran bergelimang harta!? Karena ini adalah nasibku, bagianku, hartaku, jerihku dan upayaku. Betapa rupanya aku tak ingin menginjakkan kaki....oh, tidak, karena memakai sepatu kebesaranku...di lorong-lorong miskin, pasar-pasar becek, pemukiman kumuh dan pojok-pojok kota. Untuk apa lakukan itu? Tiada wajib bagiku fahami hati mereka. Biarkan mereka hidup dengan nasibnya.

****

Ada seorang anak SD di kota ini pulang ke rumah dengan wajah cukup memerah. Ia tertunduk. Belajar selesai sudah. Ia tidak dimarahi guru. Tidak diusili teman. Semua baik-baik saja.

Sesampai di rumah, ia hendak menawarkan tangis di depan orang tuanya. Namun, rupanya keduanya tidak ada. Mungkin sedang bekerja mencari nafkah.

Lalu, anak kecil perempuan ini menangis sendirian di kamar. Menutup mukanya. Tidak ada yang bertanya kenapa. Ia menangis sendirian dalam kesepian. Lalu, kau bertanya, 'Adik kecil, gerangan apa yang buatmu menangis?'

Dia menjawab terbata-bata bertarung dengan isak tak terhenti, "Semua teman-teman di sekolahku pulang pergi dijemput dan diantar oleh orang tua mereka dengan kendaraan. Sedangkan aku...malu tidak dipedulikan."

****

Hidupmu adalah inspirasimu...terlahir dari kisah-kisah dan pelajaran-pelajaran beribrah. Jika orang-orang hebat dan besar bisa menginspirasimu, seharusnya orang-orang kecil atau rakyat kecil juga bisa menjadi sumber inspirasimu.
 
Sumber : Catatan Hasan Al-Jaizy

0 comments :

Posting Komentar

Sudah Membaca Al-Qur'an hari ini? Sudah Shalat Wajib pada waktunya ?